Selasa, 09 November 2010

Bingung

aduhhhhh...............
Aku bingung. aku gak tau apa yang akan terjadi padaku.
Awalnya ku pikir ini semua hanya sebuah permainan.
Dimana aku yang menentukan seperti apa akhirnya.
Kupikir ini semua hanya iseng belaka.
Tapi pada kenyataannya tidak seperti apa yang ku pikirkan.
Ini semua serius.
Ini semua bukan sebuah iseng yang sengaja dilakukan.

Maafkan aku yang semula menganggap ini semua adalah sebuah permainan.
Dan semakin kesini aku semakin menyadari bahwa aku mencintaimu menyayangimu.

Senin, 04 Oktober 2010

Pada sebuah pantai (part2)


Bulan penuh diatas laut pasang
Terlihat kerlip bintang pada mata sang malam
Ombak berdebur, menyeringai, pecah
Dan kembali ke laut

Kita berdiri memandang bebas
Ke laut lepas
Di sudut café
Yang tinggal beberapa pengunjung

“Sudah terlalu malam” katamu memecah anganku
Tapi aku tak perduli
Ku telusuri jejak pantai
Sesekali kau melayangkan senyum pada ombak

Kita berdiri di garis pantai
Langit nebula mengantuk dan tertidur dalam sepi
Tetapi kita masih berjalan menyisir pantai
Meninggalkan jejak-jejak kedukaan

“Aku akan pulang”  katamu lagi
Dan aku makin tak peduli
Kau pergi tinggalkan aku sendiri
Bersama pantai

Bulan pucat diatas laut surut
Gelak tawa anak nelayan
Bermain di atas ombak yang memecut

Memecah lamunan

Ku berlari dan mencari
Jejak kaki
Pada bibir pantai
Di atas laut surut
Tapi……
Ombak telah menghapus jejaknya

Pada sebuah pantai (Part1)


Kita sama-sama di ujung pantai
Sesekali ombak menggelitik kaki kita
Dan batu-batu kecil yang tak bersalah
Kau lempar ke air

Kau diam..
Aku diam..
Kita sama-sama diam
Menikmati alam yang diam

Dan kau mulai angkat bicara
Kita mulai bercerita
Cerita tentang suatu masa
Masa dimana dulu kita membagi waktu bersama

Tapi kau mulai
Mengulang kisah lama
Yang hampir kulupakan
Dan tak ingin kuingat lagi
Masa dimana
Hidup terlalu nista

Aku menangis
Dalam rinai debur ombak
Yang pecah dalam ujung kaki kita
Kau diam

Batu yang tak bersalah kembali kau lempar
Di dalam air
Membentuk pola-pola kehidupan
Kehidupan yang seperti air

Batu-batu licin berserakan
Pada pantai tempat kita duduk bersama
Aku berlari
Menyusuri garis pantai
Kau diam
Memandang garis pantai
Dan batu-batu yang membuat luka
Pada kakiku dan pada hatiku

Maafkan Lia.......


Mataku sudah sembab dan bengkak. Air mataku tak dapat lagi ku bendung. Tangisku pun pecah mengingat kejadian tadi pagi.
          “Pagi Mbak Ryra!” Sapaku kepada Mbak Ryra, kakak kost ku.
          “Hn” jawab Mbak Ryra singkat.
          “Mbak, Lia keliatan aneh gak pake jilbab ini? Soalnya Lia gak pernah mbak pake jilbab kaya’ gini. Lia takut keliatan aneh aja.” Tanyaku kepada Mbak Ryra.
          “Ntah. Gak liat tuh..” Jawab Mbak Ryra seolah tidak peduli.
          “Mbak Ryra kenapa sih?” Tanyaku dalam hati. “Hari ini keliatan aneh.” Pikirku. Aku pun terdiam mendengar jawaban dari Mbak Ryra. Setelah beberapa menit saling diam, aku melirik kembali kepada Mbak Ryra. Mbak Ryra keliatan sedang melamun sambil memakan coklat pasta favoritnya itu.
          “Hey Mbak!!” Ucapku berusaha untuk membuyarkan lamunan Mbak Ryra.
          “Apa siy!! Gak sopan kali. Kau pikir aku ini temanmu apa??” Bentak Mbak Ryra.
          “Maaf Mbak. Tapi tadi Lia liat Mbak lagi ngelamun.” Jawabku
          “Siapa yang ngelamun??” jawab Mbak Ryra. “Dasar gak punya sopan sedikit sama yang lebih tua” gumam Mbak Ryra.
          Walaupun itu Cuma sekedar gumaman yang sangat pelan, tapi aku dapat dengan jelas mendengarnya. Sebab aku berada tepat disamping sebelah kiri Mbak Ryra. Akupun terdiam mendengar gumaman Mbak Ryra.
          Selang sekitar 1.5menit kemudian, keluarlah Mbak Nita dengan menenteng sepatunya.
          “Permisi.. bisa geser sedikit gak? Mbak mau make’ sepatu nih.” Ucap Mbak Nita.
          Mendengar itu, aku pun berdiri dan kemudian bersandar di salah satu pilar di depan kost ku.
          “Oh iya Ra, Ryra ntar pulang waktu promosi??” Tanya Mbak Nita membuka percakapan setelah beberapa menit saling terdiam.
          “Enggak Mbak. Ryra gak pulang. Ryra disini aja mau nonton film bareng Mbak Sary.” Jawab Mbak Ryra dengan riangnya. seolah-olah kejadian tadi tidak ada.
Aku tetap diam saja mendengar ekspresi Mbak Ryra yang berubah. Walaupun rasa penasaran masih ada di dalam pikiranku. Aku kembali menyandarkan tubuhku di pilar itu sambil menunggu temanku yang kebetulan kost di depan kost-an ku. Melihat temanku sudah keluar dari kostnya, aku pun langsung mengambil tas yang ku letakkan disamping Mbak Nita.
          “Lia berangkat duluan Mbak. Assalamualaikum.” Pamitku.
          “Waalaikum salam.” Jawab mereka.
          Sambil melangkah pergi, aku dapat melihat dari ekor mataku kalau yang menjawab salamku tadi itu Cuma Mbak Nita saja. Sedangkan Mbak Ryra masih tetap cuek sambil memakan coklat pastanya.
          Aku berjalan dengan temanku menuju gerbang belakang sekolahku. Kami memang diizinkan untuk masuk dari gerbang belakang sebelum jam 7 lewat 10 menit. Sambil berjalan, sesekali aku menoleh kebelakang melihat kakak kostku. Tetapi mereka tetap saja tak terlihat. “Aduh, udah jam berapa ini? Mereka kok masih gak keliatan? Padahal sebentar lagi, gerbang khan akan ditutup. Kalau gerbang sudah di tutup, itu artinya mereka harus memutar menuju gerbang depan. Jangan sampai mereka terlambat..” khawatirku.
          Sesampainya aku di sekolah, aku langsung menemui sahabatku untuk memberikan sesuatu yang dititipkan olehnya kemarin sore. Setelah itu, aku pun kembali ke barisan kelasku.
          Setelah aku sampai di barisan kelasku, dari jauh aku melihat Mbak Ina dan Mbak Nita. “Alhamdulillah. Mereka gak terlambat” ucapku dalam hati. Tak selang berapa lama, apel pagi pun dimulai. Semua kelas tampak tertib mendengarkan perhatian apel yang diberikan. Aku masih ingat, perhatian apel tambahan yang diberikan adalah mengenai lorong waktu.
          10 menit kemudian, apel pagi pun selesai. Akan tetapi salah seorang guru memberikan perhatian tambahan lagi. Barisan kelas kami yang awalnya acak-acakan pun kembali berusaha untuk rapi lagi. Pada saat di barisan, salah seorang temanku pun bertanya.
“Lia, kemarin waktu kegiatan sore itu kegiatannya di absen khan? Kamu kok gak ada bilang ke kami siy?? Kalau kamu bilang di absen, aku khan bakalan datang.” Tanyanya.
“Ia. Kamu kok tega banget siy Lia. Gak bilang-bilang ke kami kalau di absen. Jadi kami dibuat alpa lah ya di absen itu” Timpal salah satu temanku.
“Aku juga gak tau kalau di absen. Lagipula aku gak ada megang absen.”
“Siapa rupanya yang megang absen?” Tanya temanku lagi.
“Kak Aji anak kelas A5.” Jawabku.
“Ya udah. Kamu khan deket ama kakak itu, tolong bilangin lah buat aturkan absen kami.”
“Iya. Ntar sore kalau Kak Aji lagi yang megang absen, absen kalian akan aku isikan juga.” Jawabku.

Aku berusaha tetap riang di depan teman-temanku. Aku gak ingin mereka tau masalah yang aku hadapi tadi pagi dengan kakak kost ku. Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Tiba waktu untuk pulang sekolah. Aku pun langsung mengembalikan jurnal kelas ke meja piket. Setelah itu aku langsung pulang.
Sesampainya aku di kost, aku merebahkan diri. Kembali teringat kejadian tadi pagi bersama Mbak Ryra. Aku ingin meminta maaf kepada Mbak Ryra. Aku pun langsung keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Mbak Ryra.
“tok…tok…tok… mbak, mbak Ryra….” Tanyaku.
Sepi. Tak ada jawaban yang terdengar dari dalam kamar Mbak Ryra. Yang terdengar adalah bunyi kipas angin dari kamar Mbak Ryra yang menandakan bahwa Mbak Ryra telah sampai di kost.
Karena tidak ada jawaban, aku pun langsung kembali ke kamarku. Timbul ide di pikiranku untuk menulis surat buat Mbak Ryra. Surat permintaan maaf. Kuambil secarik kertas, dan akupun mulai menuliskan kata-kata.
Untuk Mbak Ryra.
Assalamualaikum….
Mbak, tadi Lia ke kamar Mbak Ryra. Ada yang mau Lia omongin ke Mbak Ryra. Udah Lia ketuk pintu kamar Mbak. Tapi gak ada sahutan dari dalam. Ya udah. Lia ngomongnya lewat surat aja ya Mbak……..
Pena di tanganku menari-nari dengan lancarnya. Menggoreskan tintanya membentuk kalimat yang ada di pikiranku. Kini suratnya telah selesai kutulis. Aku pun langsung keluar menuju kamar Mbak Ryra. Ku ketuk lagi pintu kamarnya. Tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Akhirnya kuputuskan untuk menyelipkan surat itu dari bawah pintu kamar Mbak Ryra. “Semoga surat ini dibaca Mbak Ryra.” Harapku dalam hati.
Waktu sudah menunjukkan angka setengah 4 sore. Itu artinya aku harus bersiap buat berangkat kesekolah bersama temanku. Di kegiatan sore sekolahku, setelah pertandingan usai, aku hanya bisa menyendiri. Aku ingin menyendiri. Aku ingin merenungi kejadian tadi pagi. Aku ingin mencari tau apa salahku sehingga Mbak Ryra sebegitu ketus menjawab perkataanku. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Aku pun menangis. Dari jauh aku mendengar langkah seseorang mendekatiku. Buru-buru kuhapus air mataku agar tidak ketahuan.
“Kok sendiri dek?” Tanya kak Aji.
“Iya kak. Lagi pengen menyendiri.” Jawabku mencoba menjawab seperti biasanya. Tetapi tetap saja. Suara parauku masih terdengar jelas.
“Adek nangis?” Tanya kak Aji.
“Enggak kok kak.”Jawabku bohong.
“Bohong. Dari suara adek udah ketauan kalau adek abis nangis. Sekarang jujur ama kakak. Adek abis nangis khan?” Tanya kak Aji lagi.
Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya memberikan sebuah anggukan kecil pertanda bahwa aku membenarkan pertanyaannya.
“Adek kenapa nangis? Ada masalah?” Tanya kak Aji lagi.
“Iya kak.” Jawabku singkat.
“Masalah apa dek? Cerita lah ma kakak. Siapa tau kakak bisa bantu.” Ucap kak Aji.
Aku pun menceritakan kejadian tadi pagi kepada kak Aji. Dari awal sampai akhir. Aku berusaha cerita sejujur mungkin ke kak Aji. Air mataku tidak dapat kubendung lagi. Air mataku pun meleleh membasahi pipiku. Kak Aji pun memberikan saran kepadaku.
“ya udah. Sekarang udah hampir maghrib. Adek pulang lah.” Ucap kak Aji.
“Iya kak sebentar lagi. Gak enak kalau diliat orang adek pulang dengan mata sembab kaya’ gini. Kalau kakak mau pulang duluan ya udah.” Jawabku.
“ya udah. Kakak pulang duluan yah. Adek juga harus pulang. Jangan lama-lama pulangnya. Dan ingat. Jangan nangis lagi. Kakak gak suka kalau liat adek kakak itu nangis.” Ucap kak Aji.
“Iya kak.” Jawabku singkat.
“Ya udah. Assalamualaikum…” pamit kak Aji.
“Waalaikum salam.” Jawabku.
Kak Aji kini melangkah pergi menjauhiku. Aku pun langsung berdiri. Bangkit untuk pulang.

Kini aku telah berada di kamarku. Bayangan tentang kejadian tadi pagi masih membekas di ingatanku. Aku ingin minta maaf. Tapi aku gak punya banyak nyali untuk menemuinya…..

          “Mbak, maafin Lia..”

Selasa, 21 September 2010

Microsoft Outlook

Microsoft Outlook atau Microsoft Office Outlook adalah sebuah program personal information manager dari Microsoft, dan bagian dari Microsoft Office suite. Walaupun biasanya hanya digunakan untuk mengirim dan membaca e-mail, program ini juga memiliki fungsi kalender, jadwal kerja, catatan, dan jurnal. Bila digunakan bersama dengan Microsoft Exchange Server, Outlook dapat menyediakan akses kotak surat, kalender, dan jadwal bersama.

Sedangkan Outlook Express adalah sebuah versi kecil Outlook yang disediakan secara cuma-cuma oleh Microsoft, bersama dengan penjelajah web Internet Explorer. Tidak ada hubungan antara kedua program ini kecuali namanya. Outlook Express digantikan dengan Windowa Mail dalam Windows Vista.
Salah satu tujuan Microsoft adalah membuat program e-mail yang mudah digunakan. Namun karena banyak lubang keamanan dalam Outlook, program ini sering digunakan untuk memasukkan virus, misalnya lewat attachment e-mail. Beberapa contoh virus yang disebarkan lewat cara ini adalah Melissa dan Sobig.

all about my lovely school

capek dengan segala rutinitas yang menguras tenaga. mulai dari libur semester, sekolah, belajar, UH1, belajar, UH2, belajar, US, libur lagi. rutinitas yang selalu ku jalani. capek. tapi itulah sekolahku. tempatku belajar, menimba ilmu, bermain, berkumpul dengan teman-teman. tempat yang ku pilih walaupun terkadang aku capek mengikuti segala rutinitasnya.

tapi aku juga sayang dengan sekolahku yang satu ini. walaupun terkadang kegiatannya itu "kajol" alias "kagak jolas". apalagi kalau udah ada guru yang gak masuk kelas. huuhhhh. pasti jadinya bakalan kajol. gak tau mau ngapain. palingan ya ujung-ujungnya lari ke kantin juga. walaupun sebenernya kalo gak ada guru kita itu bisa belajar sendiri. tapi yakin kita bisa belajar dengan kondisi kelas yang ributnya minta ampun? yakin bisa belajar kalau kelasnya itu tertutup? maklum aja moving class siy..

selain kalo pas gak ada guru, kajol terjadi juga kalo sabtu. palingan kata kajol itu jarang terjadi kepada anak ekskul Passus, karate, badminton, dan voly lah kira-kira. selebihnya ya berkajol ria lah. apalagi ekskul musik. paling jarang dah ekskul. palingan aja kalo pas hari jum'at sore aja. kajol terparah itu kejadian kalau sekolah mau ngadain acara besar. seperti misalnya pelantikan siswa/i baru, pelepasan, semuanya jadi ikutan repot. guru-guru gak masuk, murid juga banyak yang gak masuk kelas, pokoknya beneran parah lah. tapi ya itulah sekolahku. walaupun terkadang kajol, tetapi sekolahku juga punya segudang prestasi. buktinya sekolahku yang tercinta ini jadi salah satu sekolah yang sudah masuk nominasi calon Sekolah Berstandart Internasional. ya walaupun masih taraf RSBI, it's okey lah. selain itu sekolahku juga menjadi salah satu Schuler partner-nya Goethe Institute. hebat kan sekolahku..

pokoknya Matauli is The Best lah.