Sabtu, 09 April 2011

Diary_Fanfiction (chap 1)

DIARY

Jum’at,9 September 2011.
Ya Tuhan, jika saat ini akhir dari nafasku,aku ikhlas. Angkat aku ke tempat-Mu. Tetapi jangan biarkan mereka menangis. Aku tidak ingin melihat air mata mereka.

Hai semuanya. Namaku Kirana Pramudya Lestari. Aku biasa dipanggil Rana. Umurku sekarang 15 tahun. Aku lahir 7 Juli 1994. Nama Jepangku Nakano Yuugana, dan nama Koreaku Kim Hye Na. Mengapa aku punya nama jepang dan korea? Itu karena sejak dulu aku ingin pergi ke Negara itu. Dan aku mencari nama yang bisa kupakai jika aku pergi ke Negara itu.
Aku anak tunggal di keluargaku. Mamaku memiliki butik yang cukup terkenal di kota ini, dan Papaku merupakan seorang pengusaha yang cukup sukses di Negara ini. Aku sekolah di salah satu sekolah favorit di Negara ini dan aku memiliki banyak teman yang sangat menyayangiku. Itulah yang terkadang membuatku merasa hidupku sempurna. Tapi apa sesempurna itu? Tidak. Papa dan Mama merupakan orang sibuk yang hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul denganku dirumah. Bahkan aku nyaris tidak pernah bertemu dengan orang tuaku setiap hari. Setiap pagi saat aku ingin berangkat sekolah, mereka masih tidur dan ketika aku tidur pada malamnya, mereka baru pulang entah dari mana.

Jum’at,20 Maret 2009.
Alhamdulillah. Terima kasih ya Tuhan. Aku lolos seleksi Olimpiade Ekonomi Nasional.

Hari ini pengumuman tes Olimpiade Ekonomi tingkat Provinsi. Suatu anugrah yang tak terhingga untukku saat ku baca bahwa aku mendapatkan peringkat pertama di Olimpiade itu. Dan itu artinya aku dapat mengikuti Olimpiade Ekonomi Nasional. Aku sangat bahagia. Aku ingin membagi kebahagiaan itu dengan Mama dan Papa.
Tuuut……tuuuuut…..
Terdengar nada sambung saat aku menghubungi Mama.
“Hallo.” Ucap mamaku di seberang telepon.
“Assalamualaikum, Ma.” Ucapku.
“Waalaikum salam. Iya sayang ada apa? Sebentar ya sayang. La, coba deh kamu tarik lengan baju yang sebelah kiri. Iya seperti itu. Itu kelihatan lebih bagus ketimbang yang tadi.” Ucap mamaku
“Mama lagi di boutique?” tanyaku.
“Iya sayang. Baru ada barang baru. Jadi harus di sortir dulu.” Ucap mamaku yang sesekali disela dengan perkataannya untuk pegawainya. Tapi aku tidak perduli. “Jadi ada apa kamu menelpon Mama?” Tanya Mama lagi.
“Rana Cuma mau ngasih tau ke Mama kalau Rana menang Olimpiade Ekonomi Provinsi,Ma.” Ucapku dengan gembira.
“Oh ya? Selamat ya sayang. Terus, olimpiade Nasionalnya kapan?” Tanya Mamaku lagi. Aku sedikit merasa senang dengan perhatian Mamaku terhadap apa yang aku ikuti.
“Bulan depan Ma.”ucapku lagi.
“Oh. Kamu mau minta hadiah apa?” Tanya mamaku.
‘Rana hanya minta Papa dan Mama untuk berada di rumah. Meluangkan sedikit waktu untuk Rana.’ Tapi itu hanya ku ucapkan dalam hati. “Terserah Mama saja.” Ucapku perlahan.
“Oh yasudah. Nanti kamu akan Mama belikan hadiah. Udah dulu ya sayang. Ini Mama lagi sibuk. Nanti Mama telepon balik. Dah sayang..”
Tuutt….tuutt…..
Terputus. Ini sudah seperti biasanya.aku mengambil diaryku dan mencentang salah satu kalimat yang ku tulis disitu. Lolos OSN Ekonomi.

Rabu, 15 Mei 2009.
Aku kalah. Aku tidak bisa mendapatkan peringkat 1 di tingkat nasional ini.

Aku menangis. Sebenarnya aku bisa memenangkan Olimpiade itu kalau saja aku tidak merasa sakit yang amat sangat pada perutku.

Kamis,4 Juni 2009.
Mimisan pertamaku.

Aku merasakan pusing yang amat sangat di kepalaku pada jam pelajaran olahraga. Salah satu temanku meminta izin kepada guru olahragaku untuk membawaku ke ruang kesehatan. Dia membaringkanku di salah satu tempat tidur yang ada di ruang kesehatan lalu meninggalkanku untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Aku yang memintanya meninggalkanku karena kepalaku terlalu berat dan aku ingin istirahat. Tak lama aku pun tertidur. Saat aku terbangun, aku merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari hidungku. Darah. Ya. Aku mimisan untuk yang pertama kalinya.

Senin, 29 juni 2009.
Ini entah sudah yang keberapa kalinya aku mengalami mimisan dan pendarahan yang hebat. Aku sudah memeriksa ke dokter dan dokter hanya mengatakan aku hanya kelelahan. Humph. Semoga saja memang begitu.

Senin,12 April 2010
UAN.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Aku memasuki kelas akselerasi dan dalam waktu 2 tahun aku bisa mengikuti Ujian Akhir Nasional. Keberuntungan yang sangat indah.

Sabtu, 15 Mei 2010.
Penyakitku.

Aku shock saat mendengar penuturan dari dokter mengenai penyakitku. Papa dan Mama juga. Aku berharap diagnose dokter itu salah. Aku berharap ini hanya mimpi. Kanker Darah atau yang biasa didengar dengan kata Leukimia. Aku menderita Leukimia stadium akhir. Saat aku mendengar diagnose itu, aku merasa hidupku sudah berakhir. Hanya tinggal menunggu waktu. Impianku untuk menjadi seorang Akuntan lenyap sudah. Hilang tak berbekas.

Senin,9 Agustus 2010.
Tiba di SEOUL

Aku tiba di Incheon International Airport. Kim Hye Sun, anak dari ayah angkatku menjemputku di bandara. Aku berangkat ke Seoul sendirian. Papa sedang di Jerman, dan mama sedang menghadiri undangan Fashion Show di Italy. Keluarga Kim sudah mengetahui tentang penyakitku dan mereka menyarankan kepada kedua orang tuaku untuk membawaku ke Seoul dan menerima pengobatan disana. Semua orang pasti sudah tahu bahwa teknologi di Seoul jauh lebih canggih ketimbang di Jakarta. Aku tiba di bulan akhir pada musim panas, dan itu artinya 2 minggu lagi aku akan menunggu musim gugur tiba.

Jum’at 15 Oktober 2010.
Pertemuan pertama.

Hari ini adalah hari ulang tahun Lee Donghae, member super junior yang menjadi idolaku dan hari ini mereka akan tampil di SBS Inkigayo. Appaku adalah direktur di SBS, dan itu sedikit memudahkanku untuk memberikan kado ulangtahun kepada Donghae Oppa. Aku datang ke acara itu ditemani Hye Rin Eonni. Aku membawa kotak berwarna biru safir yang berisi kado  ulang tahun untuk Donghae Oppa. Saat ini aku sudah tidak mampu berjalan lagi. Aku duduk di kursi roda. Kulitku sudah semakin memucat. Rambutku sudah semakin menipis yang untuk saat ini semua kekuranganku itu kututupi dengan wig berwarna hitam kecoklatan, dan lip gloss berwarna pink.

*Donghae POV*
Hari ini kami akan tampil di SBS Inkigayo. Aku sangat gugup. Bukan Cuma aku. Tapi kami semua merasa gugup mengingat sudah hampir 1 tahun kami hiatus. Produser sudah memanggil kami untuk bersiap-siap karena sebentar lagi kami akan tampil. Kini tiba saatnya untuk kami tampil. Kami menyanyikan lagu boom boom yang menjadi lagu andalan kami setelah lagu Bonamana. Aku melihat sosok yeoja yang menurutku sangat cantik. Kulitnya sangat putih. Bahkan lebih terkesan pucat. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan yang penjangnya kurang dari sebahu yang diikat sedikit pada sisi kanan dan kirinya dengan pita berwarna biru safir favoritku. Ia menggunakan baju berwarna biru dan jeans berwarna kehitaman. Ia duduk di kursi roda dan memangku kebuah kotak berwarna biru.

*Donghae POV end*

Aku tidak menyangka bisa  melihat mereka menyanyi secara live. Biasanya aku hanya melihat mereka dari TV, video yang ku download dari youtube, atau DVD yang ku beli dari toko kaset. Aku melihat Donghae Oppa. Dia terlihat jauh lebih kurus ketimbang pada saat aku melihatnya di awal-awal mereka mulai debut.
“Bagaimana , Saeng-ah? Kau senang hari ini?” Tanya seseorang disampingku. Tanya Hye Rin Eonni.
“Ne, Eonni. Na sangat senang.” Ucapku sambil mengeluarkan senyuman terbaikku.
“Baguslah kalau begitu. Apa kamu mau kita ke Backstage sekarang? Ingat kata dokter. Kamu tidak boleh kelelahan.”  Ucap Hye Rin Eonni hati-hati.
“Ne Eonni. Kita kesana sekarang.” Jawabku masih sambil tersenyum.
Kami sekarang menuju backstage tempat Super Junior berada. Kami tiba di ruangan itu.
Knock…..knock…knock…
Hye Rin Eonni mengetuk pintu.
“Silahkan masuk.” Jawab seseorang dari dalam yang kalau ku tebak adalah suara Leeteuk Oppa.
“Annyeong haseyo.” Ucap Hye Rin Eonni saat kami berada di dalam ruangan itu. “Choneun Kim Hye Rin imnida. Dan ini adikku Kim Hye Na.” Ucap eonnie kepada mereka semua.
Aku pun berbicara memperkenalkan diriku. “annyeong haseyo. Choneun Kim Hye Na imnida. Bangapseumnida.” Ucapku sambil membungkukkan badanku diatas kursi roda.
“Annyeong Hye Rin-sshi, Hye Na-sshi.” Balas mereka. “Ada perlu apa? Ada yang bisa kami bantu?” Tanya Leeteuk Oppa.
“Ah. Mian kalau kami mengganggu. Tetapi adikku ingin bertemu dengan Donghae-sshi. Boleh?” Ucap eonni lagi.
“Ne. tentu saja. Iya kan Donghae?” ucap namja lain, Sungmin Oppa.
“N-nn-ne. tentu saja.” Jawab namja idolaku, Donghae Oppa.

*Donghae POV*
Aku melihat yeoja itu lagi. Yeoja cantik yang kulihat saat aku di panggung. Hebat Donghae-ah. Keinginanmu bertemu yeoja itu terkabul. Aku mendengar suaranya saat ia menyebutkan namanya. Kim Hye Na. Nama yang indah. Sangat pantas untuk dirinya. Suaranya juga sangat lembut. Benar-benar tipe idamanku. Tetapi mengapa dia duduk di kusi roda? Apa dia sakit parah? Atau apa dia…. Entah lah. Untuk pertanyaan yang satu ini aku tidak ingin memikirkannya. Aku tidak perduli dengan dia yang duduk di kursi roda. Yang ada di fikiranku, dia sangat…. Errr… cantik. Ya dia sangat cantik. Aku masih saja mengaguminya hingga ku dengar suara Sungmin Hyung. “Iya kan Donghae?” aku terkejut. Aku melihatnya. Dia masih melemparkan senyuman manisnya. Dengan tergagap aku menjawab.
“N-nn-ne. tentu saja.”
Dia mengarahkan kursi rodanya ke arahku. Dia berhenti di hadapanku.
“Boleh aku memanggil anda Donghae Oppa?” tanyanya. Aku sangat terkejut melihat sikapnya yang to-the-point itu.
“Ne. tentu saja.” Jawabku. Senyumnya semakin lebar.
“Saengil Chukkae Hamnida, Oppa.” Ucapnya lagi. Kali ini aku benar benar tertegun. Dia mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.
“Kamsahamnida” ucapku tersenyum.
“Ini kado untuk Oppa. Aku membuatnya sendiri. Ku harap Oppa suka.” Ucapnya tersipu. “Aku juga salah satu fansnya Oppa.” Lanjutnya lagi. Kulihat ada semburat merah di wajahnya.
“Jinja? Ohh. Jeongmal kamsahamnida.” Ucapku sambil menerima kadonya. “Boleh langsung ku buka?” tanyaku. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Kubuka kotak itu. Ternyata isinya adalah scarf rajutan berwarna biru safir dengan namaku di salah satu sisinya. Rajutannya sangat indah.
“Scarf? Kamsahamnida. Ini sangat indah.” Ucapku sambil melihat kearahnya. Aku melihat wajahnya menjadi aneh. Sedikit lebih pucat dan hidungnya mengeluarkan darah.
“Ya. Hye Na-ah. Neomu gwenchana?” tanyaku. “Hidungmu mengeluarkan darah” lanjutku lagi.
Ia langsung menutup hidungnya. Berusaha mengurangi darah yang keluar. Tetapi sepertinya darah itu tidak mau berhenti. Aku mengeluarkan sapu tangan biruku dari saku celanaku dan menyodorkannya kearahnya. “Pakailah” ucapku.
Dia mengambil sapu tanganku dan menutup hidungnya.
“Neomu gwenchana?” tanyaku.
“Ne Gwenchana.” Ucapnya. “Eonni… Eonni…” ucapnya lagi memanggil Eonni-nya.
“Ya. Hye Na-ah. Kamu berdarah. Yeorobeun, terima kasih telah mengizinkan adikku untuk bertemu kalian, terutama bertemu denganmu Donghae-sshi. Jeongmal Kamsahamnida.” Ucap Hye Rin, kakaknya sambil membungkuk kearah kami. “Kami harus pergi sekarang. Sekali lagi kamsahamnida. Annyeong gaseyo.” Lanjutnya sambil melangkah pergi dari ruangan ini.
Aku melihatnya pergi dari ruangan ini. ‘Ya Tuhan, apa aku masih dapat bertemu dengannya lagi? Mengapa aku merasa ingin melindunginya?’ ucapku dalam hati.

*Donghae POV End*

“Ya.Hye Na-ah. Neomu gwenchana? Hidungmu mengeluarkan darah.” Ucapnya padaku tiba-tiba.
Aku panic. Aku menyentuh hidungku dan melihatnya. Ya. Aku berdarah. Aku menutup lagi hidungku berusaha untuk menghentikan pendarahannya.
“Pakailah” ucapnya lagi sambil menyodorkan sapu tangan birunya kepadaku. Aku mengambilnya.
“Neomu gwenchana?” tanyanya.
“Ne gwenchana.” Ucapku dengan nada yang sangat yakin. Padahal aku tak yakin aku akan baik-baik saja mengingat penyakitku sudah semakin parah dan aku dapat pergi kapan saja. Tetapi entah mengapa aku tidak ingin membuatnya khawatir dengan keadaanku di hari ulangtahunnya.
“Eonni… Eonni…” panggilku kepada Eonni-ku
“Ya, Hye Na-ah kamu berdarah.” Ucap Eonni. Aku sudah tidak mendengar lagi kelanjutan apa yang dikatakan Eonni-ku. Yang kutau kami keluar dari ruangan itu, Eonni menelepon Appa, dan kami pergi ke suatu tempat. Rumah Sakit.

*Donghae POV*
Aku masih memandangi scarf pemberiannya tadi. Kuraba dan ku perhatikan. Rajutan ini sangat rapi. Kulihat lagi kotaknya. Ada surat. Kubaca.

Oppa, aku tidak tau apakah setelah pertemuan kita hari ini kita masih dapat bertemu lagi atau tidak. Yang penting sekarang kado ini telah sampai di tangan Oppa. Kuharap Oppa suka dengan scarf buatanku.
Oppa, sekarang sudah hampir memasuki musim dingin. Jaga kesehatan Oppa. Jangan sampai Oppa sakit.Jangan sampai kulit Oppa memucat seperti kulitku.
Oppa, jangan lupa istirahat. Banyak makan. Akhir-akhir ini Oppa terlihat sangat kurus. Jangan sampai tubuh Oppa menjadi lebih kurus lagi seperti tubuhku yang kian hari kian bertambah kurus.
Oppa terima kasih karena sudah bersedia bertemu denganku


Kim Hye Na.

Selasa, 09 November 2010

Bingung

aduhhhhh...............
Aku bingung. aku gak tau apa yang akan terjadi padaku.
Awalnya ku pikir ini semua hanya sebuah permainan.
Dimana aku yang menentukan seperti apa akhirnya.
Kupikir ini semua hanya iseng belaka.
Tapi pada kenyataannya tidak seperti apa yang ku pikirkan.
Ini semua serius.
Ini semua bukan sebuah iseng yang sengaja dilakukan.

Maafkan aku yang semula menganggap ini semua adalah sebuah permainan.
Dan semakin kesini aku semakin menyadari bahwa aku mencintaimu menyayangimu.

Senin, 04 Oktober 2010

Pada sebuah pantai (part2)


Bulan penuh diatas laut pasang
Terlihat kerlip bintang pada mata sang malam
Ombak berdebur, menyeringai, pecah
Dan kembali ke laut

Kita berdiri memandang bebas
Ke laut lepas
Di sudut café
Yang tinggal beberapa pengunjung

“Sudah terlalu malam” katamu memecah anganku
Tapi aku tak perduli
Ku telusuri jejak pantai
Sesekali kau melayangkan senyum pada ombak

Kita berdiri di garis pantai
Langit nebula mengantuk dan tertidur dalam sepi
Tetapi kita masih berjalan menyisir pantai
Meninggalkan jejak-jejak kedukaan

“Aku akan pulang”  katamu lagi
Dan aku makin tak peduli
Kau pergi tinggalkan aku sendiri
Bersama pantai

Bulan pucat diatas laut surut
Gelak tawa anak nelayan
Bermain di atas ombak yang memecut

Memecah lamunan

Ku berlari dan mencari
Jejak kaki
Pada bibir pantai
Di atas laut surut
Tapi……
Ombak telah menghapus jejaknya

Pada sebuah pantai (Part1)


Kita sama-sama di ujung pantai
Sesekali ombak menggelitik kaki kita
Dan batu-batu kecil yang tak bersalah
Kau lempar ke air

Kau diam..
Aku diam..
Kita sama-sama diam
Menikmati alam yang diam

Dan kau mulai angkat bicara
Kita mulai bercerita
Cerita tentang suatu masa
Masa dimana dulu kita membagi waktu bersama

Tapi kau mulai
Mengulang kisah lama
Yang hampir kulupakan
Dan tak ingin kuingat lagi
Masa dimana
Hidup terlalu nista

Aku menangis
Dalam rinai debur ombak
Yang pecah dalam ujung kaki kita
Kau diam

Batu yang tak bersalah kembali kau lempar
Di dalam air
Membentuk pola-pola kehidupan
Kehidupan yang seperti air

Batu-batu licin berserakan
Pada pantai tempat kita duduk bersama
Aku berlari
Menyusuri garis pantai
Kau diam
Memandang garis pantai
Dan batu-batu yang membuat luka
Pada kakiku dan pada hatiku

Maafkan Lia.......


Mataku sudah sembab dan bengkak. Air mataku tak dapat lagi ku bendung. Tangisku pun pecah mengingat kejadian tadi pagi.
          “Pagi Mbak Ryra!” Sapaku kepada Mbak Ryra, kakak kost ku.
          “Hn” jawab Mbak Ryra singkat.
          “Mbak, Lia keliatan aneh gak pake jilbab ini? Soalnya Lia gak pernah mbak pake jilbab kaya’ gini. Lia takut keliatan aneh aja.” Tanyaku kepada Mbak Ryra.
          “Ntah. Gak liat tuh..” Jawab Mbak Ryra seolah tidak peduli.
          “Mbak Ryra kenapa sih?” Tanyaku dalam hati. “Hari ini keliatan aneh.” Pikirku. Aku pun terdiam mendengar jawaban dari Mbak Ryra. Setelah beberapa menit saling diam, aku melirik kembali kepada Mbak Ryra. Mbak Ryra keliatan sedang melamun sambil memakan coklat pasta favoritnya itu.
          “Hey Mbak!!” Ucapku berusaha untuk membuyarkan lamunan Mbak Ryra.
          “Apa siy!! Gak sopan kali. Kau pikir aku ini temanmu apa??” Bentak Mbak Ryra.
          “Maaf Mbak. Tapi tadi Lia liat Mbak lagi ngelamun.” Jawabku
          “Siapa yang ngelamun??” jawab Mbak Ryra. “Dasar gak punya sopan sedikit sama yang lebih tua” gumam Mbak Ryra.
          Walaupun itu Cuma sekedar gumaman yang sangat pelan, tapi aku dapat dengan jelas mendengarnya. Sebab aku berada tepat disamping sebelah kiri Mbak Ryra. Akupun terdiam mendengar gumaman Mbak Ryra.
          Selang sekitar 1.5menit kemudian, keluarlah Mbak Nita dengan menenteng sepatunya.
          “Permisi.. bisa geser sedikit gak? Mbak mau make’ sepatu nih.” Ucap Mbak Nita.
          Mendengar itu, aku pun berdiri dan kemudian bersandar di salah satu pilar di depan kost ku.
          “Oh iya Ra, Ryra ntar pulang waktu promosi??” Tanya Mbak Nita membuka percakapan setelah beberapa menit saling terdiam.
          “Enggak Mbak. Ryra gak pulang. Ryra disini aja mau nonton film bareng Mbak Sary.” Jawab Mbak Ryra dengan riangnya. seolah-olah kejadian tadi tidak ada.
Aku tetap diam saja mendengar ekspresi Mbak Ryra yang berubah. Walaupun rasa penasaran masih ada di dalam pikiranku. Aku kembali menyandarkan tubuhku di pilar itu sambil menunggu temanku yang kebetulan kost di depan kost-an ku. Melihat temanku sudah keluar dari kostnya, aku pun langsung mengambil tas yang ku letakkan disamping Mbak Nita.
          “Lia berangkat duluan Mbak. Assalamualaikum.” Pamitku.
          “Waalaikum salam.” Jawab mereka.
          Sambil melangkah pergi, aku dapat melihat dari ekor mataku kalau yang menjawab salamku tadi itu Cuma Mbak Nita saja. Sedangkan Mbak Ryra masih tetap cuek sambil memakan coklat pastanya.
          Aku berjalan dengan temanku menuju gerbang belakang sekolahku. Kami memang diizinkan untuk masuk dari gerbang belakang sebelum jam 7 lewat 10 menit. Sambil berjalan, sesekali aku menoleh kebelakang melihat kakak kostku. Tetapi mereka tetap saja tak terlihat. “Aduh, udah jam berapa ini? Mereka kok masih gak keliatan? Padahal sebentar lagi, gerbang khan akan ditutup. Kalau gerbang sudah di tutup, itu artinya mereka harus memutar menuju gerbang depan. Jangan sampai mereka terlambat..” khawatirku.
          Sesampainya aku di sekolah, aku langsung menemui sahabatku untuk memberikan sesuatu yang dititipkan olehnya kemarin sore. Setelah itu, aku pun kembali ke barisan kelasku.
          Setelah aku sampai di barisan kelasku, dari jauh aku melihat Mbak Ina dan Mbak Nita. “Alhamdulillah. Mereka gak terlambat” ucapku dalam hati. Tak selang berapa lama, apel pagi pun dimulai. Semua kelas tampak tertib mendengarkan perhatian apel yang diberikan. Aku masih ingat, perhatian apel tambahan yang diberikan adalah mengenai lorong waktu.
          10 menit kemudian, apel pagi pun selesai. Akan tetapi salah seorang guru memberikan perhatian tambahan lagi. Barisan kelas kami yang awalnya acak-acakan pun kembali berusaha untuk rapi lagi. Pada saat di barisan, salah seorang temanku pun bertanya.
“Lia, kemarin waktu kegiatan sore itu kegiatannya di absen khan? Kamu kok gak ada bilang ke kami siy?? Kalau kamu bilang di absen, aku khan bakalan datang.” Tanyanya.
“Ia. Kamu kok tega banget siy Lia. Gak bilang-bilang ke kami kalau di absen. Jadi kami dibuat alpa lah ya di absen itu” Timpal salah satu temanku.
“Aku juga gak tau kalau di absen. Lagipula aku gak ada megang absen.”
“Siapa rupanya yang megang absen?” Tanya temanku lagi.
“Kak Aji anak kelas A5.” Jawabku.
“Ya udah. Kamu khan deket ama kakak itu, tolong bilangin lah buat aturkan absen kami.”
“Iya. Ntar sore kalau Kak Aji lagi yang megang absen, absen kalian akan aku isikan juga.” Jawabku.

Aku berusaha tetap riang di depan teman-temanku. Aku gak ingin mereka tau masalah yang aku hadapi tadi pagi dengan kakak kost ku. Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Tiba waktu untuk pulang sekolah. Aku pun langsung mengembalikan jurnal kelas ke meja piket. Setelah itu aku langsung pulang.
Sesampainya aku di kost, aku merebahkan diri. Kembali teringat kejadian tadi pagi bersama Mbak Ryra. Aku ingin meminta maaf kepada Mbak Ryra. Aku pun langsung keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Mbak Ryra.
“tok…tok…tok… mbak, mbak Ryra….” Tanyaku.
Sepi. Tak ada jawaban yang terdengar dari dalam kamar Mbak Ryra. Yang terdengar adalah bunyi kipas angin dari kamar Mbak Ryra yang menandakan bahwa Mbak Ryra telah sampai di kost.
Karena tidak ada jawaban, aku pun langsung kembali ke kamarku. Timbul ide di pikiranku untuk menulis surat buat Mbak Ryra. Surat permintaan maaf. Kuambil secarik kertas, dan akupun mulai menuliskan kata-kata.
Untuk Mbak Ryra.
Assalamualaikum….
Mbak, tadi Lia ke kamar Mbak Ryra. Ada yang mau Lia omongin ke Mbak Ryra. Udah Lia ketuk pintu kamar Mbak. Tapi gak ada sahutan dari dalam. Ya udah. Lia ngomongnya lewat surat aja ya Mbak……..
Pena di tanganku menari-nari dengan lancarnya. Menggoreskan tintanya membentuk kalimat yang ada di pikiranku. Kini suratnya telah selesai kutulis. Aku pun langsung keluar menuju kamar Mbak Ryra. Ku ketuk lagi pintu kamarnya. Tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Akhirnya kuputuskan untuk menyelipkan surat itu dari bawah pintu kamar Mbak Ryra. “Semoga surat ini dibaca Mbak Ryra.” Harapku dalam hati.
Waktu sudah menunjukkan angka setengah 4 sore. Itu artinya aku harus bersiap buat berangkat kesekolah bersama temanku. Di kegiatan sore sekolahku, setelah pertandingan usai, aku hanya bisa menyendiri. Aku ingin menyendiri. Aku ingin merenungi kejadian tadi pagi. Aku ingin mencari tau apa salahku sehingga Mbak Ryra sebegitu ketus menjawab perkataanku. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Aku pun menangis. Dari jauh aku mendengar langkah seseorang mendekatiku. Buru-buru kuhapus air mataku agar tidak ketahuan.
“Kok sendiri dek?” Tanya kak Aji.
“Iya kak. Lagi pengen menyendiri.” Jawabku mencoba menjawab seperti biasanya. Tetapi tetap saja. Suara parauku masih terdengar jelas.
“Adek nangis?” Tanya kak Aji.
“Enggak kok kak.”Jawabku bohong.
“Bohong. Dari suara adek udah ketauan kalau adek abis nangis. Sekarang jujur ama kakak. Adek abis nangis khan?” Tanya kak Aji lagi.
Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya memberikan sebuah anggukan kecil pertanda bahwa aku membenarkan pertanyaannya.
“Adek kenapa nangis? Ada masalah?” Tanya kak Aji lagi.
“Iya kak.” Jawabku singkat.
“Masalah apa dek? Cerita lah ma kakak. Siapa tau kakak bisa bantu.” Ucap kak Aji.
Aku pun menceritakan kejadian tadi pagi kepada kak Aji. Dari awal sampai akhir. Aku berusaha cerita sejujur mungkin ke kak Aji. Air mataku tidak dapat kubendung lagi. Air mataku pun meleleh membasahi pipiku. Kak Aji pun memberikan saran kepadaku.
“ya udah. Sekarang udah hampir maghrib. Adek pulang lah.” Ucap kak Aji.
“Iya kak sebentar lagi. Gak enak kalau diliat orang adek pulang dengan mata sembab kaya’ gini. Kalau kakak mau pulang duluan ya udah.” Jawabku.
“ya udah. Kakak pulang duluan yah. Adek juga harus pulang. Jangan lama-lama pulangnya. Dan ingat. Jangan nangis lagi. Kakak gak suka kalau liat adek kakak itu nangis.” Ucap kak Aji.
“Iya kak.” Jawabku singkat.
“Ya udah. Assalamualaikum…” pamit kak Aji.
“Waalaikum salam.” Jawabku.
Kak Aji kini melangkah pergi menjauhiku. Aku pun langsung berdiri. Bangkit untuk pulang.

Kini aku telah berada di kamarku. Bayangan tentang kejadian tadi pagi masih membekas di ingatanku. Aku ingin minta maaf. Tapi aku gak punya banyak nyali untuk menemuinya…..

          “Mbak, maafin Lia..”

Selasa, 21 September 2010

Microsoft Outlook

Microsoft Outlook atau Microsoft Office Outlook adalah sebuah program personal information manager dari Microsoft, dan bagian dari Microsoft Office suite. Walaupun biasanya hanya digunakan untuk mengirim dan membaca e-mail, program ini juga memiliki fungsi kalender, jadwal kerja, catatan, dan jurnal. Bila digunakan bersama dengan Microsoft Exchange Server, Outlook dapat menyediakan akses kotak surat, kalender, dan jadwal bersama.

Sedangkan Outlook Express adalah sebuah versi kecil Outlook yang disediakan secara cuma-cuma oleh Microsoft, bersama dengan penjelajah web Internet Explorer. Tidak ada hubungan antara kedua program ini kecuali namanya. Outlook Express digantikan dengan Windowa Mail dalam Windows Vista.
Salah satu tujuan Microsoft adalah membuat program e-mail yang mudah digunakan. Namun karena banyak lubang keamanan dalam Outlook, program ini sering digunakan untuk memasukkan virus, misalnya lewat attachment e-mail. Beberapa contoh virus yang disebarkan lewat cara ini adalah Melissa dan Sobig.

all about my lovely school

capek dengan segala rutinitas yang menguras tenaga. mulai dari libur semester, sekolah, belajar, UH1, belajar, UH2, belajar, US, libur lagi. rutinitas yang selalu ku jalani. capek. tapi itulah sekolahku. tempatku belajar, menimba ilmu, bermain, berkumpul dengan teman-teman. tempat yang ku pilih walaupun terkadang aku capek mengikuti segala rutinitasnya.

tapi aku juga sayang dengan sekolahku yang satu ini. walaupun terkadang kegiatannya itu "kajol" alias "kagak jolas". apalagi kalau udah ada guru yang gak masuk kelas. huuhhhh. pasti jadinya bakalan kajol. gak tau mau ngapain. palingan ya ujung-ujungnya lari ke kantin juga. walaupun sebenernya kalo gak ada guru kita itu bisa belajar sendiri. tapi yakin kita bisa belajar dengan kondisi kelas yang ributnya minta ampun? yakin bisa belajar kalau kelasnya itu tertutup? maklum aja moving class siy..

selain kalo pas gak ada guru, kajol terjadi juga kalo sabtu. palingan kata kajol itu jarang terjadi kepada anak ekskul Passus, karate, badminton, dan voly lah kira-kira. selebihnya ya berkajol ria lah. apalagi ekskul musik. paling jarang dah ekskul. palingan aja kalo pas hari jum'at sore aja. kajol terparah itu kejadian kalau sekolah mau ngadain acara besar. seperti misalnya pelantikan siswa/i baru, pelepasan, semuanya jadi ikutan repot. guru-guru gak masuk, murid juga banyak yang gak masuk kelas, pokoknya beneran parah lah. tapi ya itulah sekolahku. walaupun terkadang kajol, tetapi sekolahku juga punya segudang prestasi. buktinya sekolahku yang tercinta ini jadi salah satu sekolah yang sudah masuk nominasi calon Sekolah Berstandart Internasional. ya walaupun masih taraf RSBI, it's okey lah. selain itu sekolahku juga menjadi salah satu Schuler partner-nya Goethe Institute. hebat kan sekolahku..

pokoknya Matauli is The Best lah.